Selasa, 30 November 2010

A Pramono, Berawal Dari Office Boy Kini menjadi Seorang Miliarder

Perjalanan kehidupan Mas Mono dan pencariannya menuju sukses terbilang unik. Lahir dari keluarga yang pas-pasan, selepas lulus SMA di Madiun, Jawa Timur, Mono muda berharap suatu saat dapat mereguh sukses, setidaknya dapat hidup berkecukupan seperti yang diharapkan banyak orang. Tekadnya kuat, keinginannya besar, dan mimpinya ia gantungkan setinggi langit.

Ia memulai karirnya menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Karena karirnya terus meningkat hingga akhirnya diangkat menjadi supervisor. Sebagai seorang yang menginginkan hidupnya berkecukupan, dan membantu sebanyak-banyaknya orang, Mas Mono berfikir mustahil dapat dilakukan jika masih tetap menjadi seorang karyawan. Ia memiliki tekad menjadi seorang pengusaha, namun bagaimana caranya, bagaimana memulainya?? Modal pun ia tak punya. Namun hal itu terus dipikirkan mendalam, sehingga menjadi tekad kuat untuk meraihnya.

Berbekal keinginannya yang kuat itulah Mas Mono awal tahun 2001 keluar dari pekerjaannya, kemudian memilih untuk menjadi pewirausaha mandiri. Keputusan yang singkat, yang hanya didasari oleh keinginnya bahwa menjadi pewirausaha memiliki peluang lebih banyak untuk kaya jika dibandingkan menjadi seorang supervisor di kantornya. 
 
Setelah keluar dari pekerjaannya, ia memilih menjadi penjual gorengan. Selain modalnya kecil, gorengan sepertinya jenis makanan yang  masih banyak orang yang menyukainya. Suka duka berjualan gorengan telah ia lalui. Ada kalanya laku, ada kalanya gorengannya lama terjual, sehingga tidak jarang ia berkeliling ke gang-gang sempit sambil berjalan mendorong gerobaknya. Peluh dan keringat tak pernah kering,  sampai larut tiba, hasilnyapun tak banyak-banyak amat. 

Meski menghadapi banyak tantangan, Pramono tidak mau mundur. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Mengapa ayam bakar?. Karena saat itu menu ayam bakar banyak digandrungi orang. Restoran yang mempunyai menu ayam bakar juga dibanjiri pembeli.

Tidak ada pengalaman, tidak pernah berjualan ayam bakar, dan belum mengetahui bagaimana menyajikan menu ayam bakar yang benar, tidak membuat  Mas Mono ragu-ragu untuk memulai bisnis ini. Justru ia nekad saja memulainya. Sepanjang orang-orang masih suka makan, ia yakin dagangan ayam bakarnya bakal laku. Sampai-sampai modal yang hanya Rp500ribu di awal usahanya,  kini menjadi Rp5 miliar dan terus bertambah setiap saat. Siapa yang tidak ngiler?

Terlepas dari peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono berkembang pesat. Dia mempunyai 15 cabang dan dalam satu hari bisa menjual 1.000 ekor ayam.
Cabang
1.  Jl. Tebet Raya No.57 Telp/Fax. 021 . 835 0847 Jakarta Selatan
2.  Jl. Tebet Timur Dalam No. 48  PSPT Telp. 021. 8370 8128 Jakarta Selatan
3.  Jl. Inspeksi Saluran No. E26 Kalimalang Telp. 021. 8660 9781 (Depan RS. HARUM)
4.  Jl. Raya Jati Makmur No. 120 Pondok Gede Telp. 021. 7112 3393
5.  Jl. Perintis Kemerdekaan No. 31 Pulomas Telp. 021. 4788 5073 Jakarta Timur
6.  Jl. Pejaten Raya Kav. 30 Pasar Minggu Telp. 021. 7943 038 Jakarta Selatan
7.  Jl. Pengadegan Raya – Kalibata Telp. 021.  9814 5935 (Belakang Komp. MPR – DPR)
8.  Jl. Pondok Kelapa Raya B. 1 No.3. Telp. 021. 8690 0097 Jakarta Timur
9.  Jl. Penggambiran No. 438A Telp. 021. 4788 2328 (Depan Rawamangun Square)
10.  Jl. Margonda Raya No.423A Depok Telp. 021. 7721 2665 (Samping pintu masuk Univ. Gunadarma)
11.  Jl. Cileduk Raya No. 3 Telp. 021. 7361 974 (Samping Univ. Budhi Luhur)
12.  Jl. Ir. H. Juanda No 7  Telp. 021. 749 5857 Ciputat
13.  Jl. Cipinang Jaya Raya Telp. 021 8590 7349 Blok E3 No. 78 C-D Jakarta Timur
14.  Jl. Jl. Alternatif Cibubur Km 3 Telp. 021. 8459 7629
15.  Jl. Rs. Fatmawati Raya No.8b Cipete Jakarta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar